Sabtu, 16 April 2011

Ungkapan Rasa Syukur

Beruntung sekali kita lahir dan hidup pada era teknologi dan informasi yang berkembang demikian pesat, betapa sekarang dalam sekejap kita dapat bercakap-cakap dengan seseorang yang berada di suatu tempat yang sangat jauh dari tempat kita berdiri saat ini, dapat dengan mudah berkirim  pesan tanpa harus menunggu berminggu-minggu pesan tersebut sampai ke tangan orang yang kita tuju, belum lagi menunggu balasan yang berminggu-minggu pula.






Kita dapat pergi ke suatu tempat yang sangat jauh dari tempat tinggal kita dengan memakan waktu tempuh yang tidak begitu lama, pada pagi hari kita sarapan pagi di Palembang, siang nanti kita sudah ada di Medan untuk makan siang, sorenya di Jakarta untuk sekedar shopping atau jalan-jalan, lalu malam harinya sudah berkumpul lagi bersama keluarga sambil menikmati makan malam di rumah. Hmmm... Sungguh menyenangkan bisa menikmati hidup yang seperti ini. Sepertinya hal itu merupakan suatu keajaiban bila dilakukan pada beberapa ratus tahun yang lalu.

Tapi kini ketika hal itu sudah terbiasa kita lihat dan rasakan, semua itu sepertinya sudah tidak menjadi sesuatu yang ajaib lagi. Padahal sungguh hal itu sebetulnya masih merupakan sesuatu yang luar biasa, cuma karena sudah terbiasa disaksikan dan dirasakan maka hilang sudah perasaan kita terhadap sesuatu yang luar biasa tadi, konteksnya perasaanlah yang membuat segala sesuatu terlihat berbeda.

Akan halnya dengan eksistensi diri kita, sebetulnya sangat banyak hal-hal yang ajaib dan luar biasa yang terdapat dalam diri kita. Udara yang kita hirup, paru-paru yang menghirup dan mengeluarkan udara secara otomatis ke tubuh kita, darah yang mengalir ke seluruh tubuh kita yang dipicu oleh jantung yang memompa dan berdetak setiap saat juga secara otomatis, mata yang dapat membedakan jutaan warna, yang dengannya kita dapat melihat segala sesuatu yang indah, otak yang merupakan sarana untuk berfikir yang dengannya kita menjadi sosok makhluk yang lebih mulia dari pada makhluk-makhluk lainnya ciptaan Sang Maha Pencipta, serta masih sangat banyak hal-hal yang ada dalam diri kita yang ajaib dan luar biasa.

Bumi yang diciptakan untuk kita tempati dengan berbagai planet yang mengornamen langitnya merupakan sesuatu yang ajaib dan luar biasa pula. Bumi yang dengan tanpa kenal lelah senantiasa berotasi dengan teratur pada porosnya selama satu hari satu malam seraya diorbit oleh bulan sebagai satelit yang berevolusi mengitarinya selama lebih kurang 30 hari sambil keduanya baik bulan maupun bumi juga dengan setia berevolusi mengelilingi matahari selama kisaran waktu 360 hari untuk kemudian kembali ke tempatnya semula, sungguh merupakan sesuatu yang sangat mengagumkan dan luar biasa.


Pernahkah kita berfikir, andai saja bumi yang menjadi tempat kita berdiri ini mendadak berhenti berputar, apa yang akan terjadi dengan diri kita serta manusia-manusia dan makhluk-makhluk lain yang mendiami bumi ini? Padahal menurut sebuah teori kecepatan laju rotasi bumi di bagian katulistiwa adalah lebih kurang 1.600 km/jam?  Sebuah kecepatan yang sungguh sangat luar biasa! [Sebuah teori mengatakan: keliling bumi di katulistiwa adalah 40.000 kilometer, sedangkan untuk satu kali rotasi diperlukan waktu 24 jam. Dus dengan demikian, laju rotasi di Katulistiwa adalah v = 40.000 km / 24 jam = 1.667 km/jam]. Hey... Apa yang akan terjadi dengan makhluk-makhluk penghuninya? Pasti akan berpelantingan saling tabrak satu sama lain, menakutkan memang!


Atau bagaimana sekiranya matahari yang sudah memancarkan sinarnya selama ribuan tahun itu mendadak berhenti bersinar. Apa kira-kira yang akan terjadi? Tidak dapat kita bayangkan dan takut untuk mencoba membayangkannya. Temperatur bumi akan turun hingga titik di bawah nol derajat, sungai dan laut akan membeku, dingin mencekam,  gelap gulita, akibat dari semuanya populasi manusia akan punah! Untunglah hal itu baru terjadi dalam imajinasi saya saja, tapi mengingat usia alam semesta yang sudah demikian amat tua renta bukan tidak mungkin hal itu bisa saja terjadi.

Bumi yang masih berputar dan matahari yang masih bersinar merupakan keajaiban yang luar biasa, yang mengakibatkan kesinambungan kehidupan di bumi yang kita diami ini, tapi lagi-lagi hal itu tidak membuat kita kagum akan betapa sangat ajaibnya ciptaan Sang Maha Pencipta ini. Mengapa demikian? Karena semua itu telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dan sejak dilahirkan hingga sekarang kita terus dan terus menyaksikan hal tersebut sehingga semua itu tidak lagi menjadi suatu yang hebat.


Padahal kalau kita mau berfikir tentang ciptaan Sang Maha Pencipta, sebuah gelas yang jatuh ke tanah saja merupakan sesuatu yang sangat luar biasa untuk kita renungkan. Sementara masih sangat beragam keajaiban-keajaiban yang pada prinsipnya nampak di depan mata kita, mulai dari dalam diri kita sendiri, di lingkungan sekitar kita hingga ketika kita menatap ke langit yang maha luas yang tak nampak oleh kita tiang-tiang penyanggahnya, bintang-bintang yang bertaburan yang berada dalam galaksi kita bima sakti yang jumlahnya miliaran, belum lagi yang berada di luar galaksi kita, sementara itu jumlah galaksi pun konon menurut para ahli juga berjumlah miliaran pula. Hingga kalau kita hitung satu persatu tak cukup usia kita untuk menghitungnya.


Sudah selayaknyalah apabila dengan berbagai hal yang luar biasa yang kita hadapi dan kita rasakan itu kita mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta, bahwa semua yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta adalah untuk kita manfaatkan dan kita syukuri keberadaannya, bahwa alam yang maha luas dengan segala isinya masih terbentang, bumi sebagai tempat berpijak masih berfungsi sistem gravitasinya, tata surya masih beredar, berotasi dan berevolusi dengan patuh sesuai kodratnya. Bersyukur kita bahwa semua itu masih berjalan, berputar, bergerak, beredar sesuai dengan fungsinya masing-masing, dan kita akui bahwa itu semua adalah suatu kejadian yang ajaib dan sangat luar biasa.


Setiap hari, jam, menit bahkan setiap detik kita dapati dan seharusnya kita sadari bahwa terdapat sesuatu yang sangat luar biasa yang terjadi baik di dalam diri kita maupun di lingkungan atau di luar angkasa sana. Tapi tanpa pernah kita sadari hal itu berlalu begitu saja, kenapa? Karena sesuatu yang sudah biasa kita rasakan tidak lagi menyimpan sesuatu yang istimewa.


Saya bisa menganalogikan kasus di atas seperti ini, dulu ketika saya masih sekolah dan belum punya sepeda, saya kepingin sekali dibelikan sepeda, iri saya kepada teman-teman yang pergi ke sekolah naik sepeda, ketika dibelikan sepeda baru betapa bangganya saya, bersyukur sekali bahwa saya tidak jalan kaki lagi untuk ke sekolah. Tapi seiring waktu yang berlalu saya pun lupa untuk bangga, lupa bersyukur bahwa saya sekarang sudah punya sepeda, kenapa? Karena hal itu sudah biasa saya lalui, bukan lagi menjadi sesuatu yang istimewa. Kapan saya akan merasa sepeda menjadi sesuatu yang luar biasa atau istimewa? Ketika sepeda saya tidak bisa lagi digunakan dan saya kembali harus pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Hmm... betapa nikmatnya kalau punya sepeda...


Bersyukur konkritnya, adalah ungkapan rasa berterima kasih kepada Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan di alam dunia ini, karena kita merasa bahwa kita telah dikaruniai suatu yang istimewa. Disadari atau tidak semua sistem yang berjalan di muka bumi ini bahkan di seluruh jagat raya adalah anugerah maha luas dan maha sempurna. Bersyukur adalah salah satu cara kita berterima kasih kepada Sang Pencipta, agar ciptaan yang maha sempurna ini tetap langgeng dipertahankan akan eksistensinya. Kalaupun harus dimusnahkan karena saatnya tiba, setidaknya kita sudah termasuk golongan orang-orang yang bersyukur yang pantas menerima ganjaran kehidupan yang lebih baik di alam akhirat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar